Cari Blog Ini

Minggu, 07 Agustus 2011

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN METODE GAL’PERIN DI KELAS VIII MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate.”.

Oleh : Abdurrahman Pasaribu.



 




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Menurut Morgan dkk. “Belajar ialah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan”. Ini berarti bahwa tujuan suatu kegiatan belajar ialah mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan maupun aspek sikap.
Dalam proses belajar bisa dipastikan akan terjadi suatu perubahan. Perubahan-perubahan itu senantiasa bartambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.[1]
1
 
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memajukan perubahan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika adalah peranan seorang guru. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.[2] Guru haruslah menguasai materi yang akan diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Disamping itu, guru harus menguasai metode yang tepat pada materi yang diajarkan. Sehubungan dengan hal ini Amin menjelaskan bahwa : “untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang lebih efektif dan efesien untuk setiap materi pelajaran memerlukan strategi guru dalam penyampaikannya.”
Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam proses kegiatan belajar siswa di sekolah. Dan ini berarti bahwa setiap guru harus mengetahui hasil belajar setiap siswa. Usaha untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan evaluasi.[3]
 Di samping itu, model dalam pembelajaran juga sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian hasil belajar yang baik. Untuk menetapkan suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor, yaitu; tujuan, situasi, dan guru.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada guru dikelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Model pembelajaran itu berbagai macam, kebaikan model mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran itu sendiri, dan keragaman model yang diterapkan diharapkan mampu menjangkau lebih banyak sisi kebutuhan siswa dikelas.
Model mengajar yang dipilih seyogyanya relevan dan mendukung tercapainya tujuan pengajaran. Jadi, pertimbangan utama model pembelajaran ialah tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Model-model mengajar yang diperkenalkan bukan untuk mengubah apa yang guru miliki dan biasa ia lakukan, melainkan menambah, melengkapi dan memperluas variasi gaya mengajar guru.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepat, tidak mungkin lagi mengajar siswa dengan menginformasikan fakta dan konsep dan berbagai cabang ilmu melalui metode ceramah yang menjadikan siswa sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang sangat penting. Akibatnya, siswa akan merasa bosan sehingga tidak bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Dengan demikian metode ceramah bukannya membuat siswa belajar, melainkan dapat menghilangkan gairah siswa untuk belajar. Akibat cara mengajar seperti itu akan tampak setelah siswa mengikuti ujian dan memperoleh nilai yang kurang atau jelek. Banyak guru berpendapat bahwa nilai jelek itu disebabkan oleh siswa yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi ujian. Akan tetapi, penyebab nilai jelek itu lebih banyak disebabkan oleh guru yang tidak memikirkan cara mengajar yang akan dilakukan.
Dalam metode sekolah aktif berlaku metode pendidikan Gal’perin. Menurut metode Gal’perin proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai rangkaian empat tahap kegiatan yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Dalam orientasi, isi dan struktur mata pelajaran diberikan kepada siswa. Informasi tentang hubungan mata pelajaran yang dibahas dengan mata pelajaran yang lain dalam kerangka kurikulum dan kegunaan materi pelajaran juga diberitahukan kepada siswa. Agar siswa dapat mengetahui dan menerapkan materi pelajaran dengan baik siswa diberi latihan. Latihan dapat berupa tanya jawab tugas, soal, atau praktikum tergantung pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan itu dikerjakan secara berkelompok yang terdiri atas 2 - 4 orang. Pembahasan latihan dapat dilakukan dalam diskusi kclompok. Pembahasan latihan dilanjutkan dalam diskusi panel atau diskusi antar kelompok. Dalam diskusi panel guru berperan sebagai moderator yang menutup diskusi dengan mengemukakan simpulan hasil latihan. Penampilan hasil latihan akan menjadi umpan balik bagi siswa. Siswa yang membuat kesalahan akan mengetahui, menyadari, dan memperbaiki kesalahannya sedangkan siswa yang benar memperoleh penguatan atau kepuasan melalui umpan balik itu. Kegiatan lanjutan merupakan tahap keempat atau tahap terakhir rangkaian proses pembelajaran Gal’perin.[4]
Dengan memperkenalkan dan menerapkan metode ini dalam kegiatan pembelajaran akan dapat menaikkan tingkatan dari pengetahuan siswa untuk aktif dalam belajar dan dapat mengembangkan mental siswa.
MTS Negeri 2 merupakan sebuah Madrasah yang tereletak  di Jl. Peratun No. 3 Medan Estate Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil pengamatan sementara, peneliti melihat situasi sekolah tersebut sama seperti sekolah-sekolah yang pernah peneliti lihat sebelumnya yaitu dalam proses pembelajarannya, interaksi antara guru dan siswa masih kurang. Siswa lebih banyak mendengarkan ketika guru menerangkan materi. Jadi, peneliti melihat siswa di sini kurang aktif sehingga hasil belajarnya pun belum maksimal.
Seperti  di kelas VIII, antara siswa dan guru kurang berinteraksi dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Disebabkan  kebanyakan guru mata pelajaran matematika lebih menekankan pada metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga siswa belajar dalam satu arah saja yaitu hanya mendengarkan. Oleh sebab itulah, hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih belum adanya peningkatan.
Namun, sudah banyak para guru di Madrasah tersebut telah mencoba menggunakan beberapa metode pembelajaran yang menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar, khususnya pada mata pelajaran matematika. Akan tetapi hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih belum mencapai peningkatan juga. Kenapa hasil belajar matematika siswa masih belum meningkat? Bagaimana cara meningkatkannya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mencoba menggunakan metode Gal’perin di kelas VIII dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa di madrasah tersebut. Karena metode Gal’perin merupakan metode pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh metode Gal’perin terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan judul: “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN METODE GAL’PERIN DI KELAS VIII MTs Negeri 2  Jl. Peratun No. 3 Medan Estate.”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1.      Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa kurang antusias terhadap pelajaran yang diajarkan oleh guru yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
2.      Pengajaran yang diberikan guru belum optimal sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa belum maksimal.
3.      Metode yang digunakan kurang tepat, sehingga siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan.
C.    Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika siswa pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate dengan penerapan metode Gal’perin.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.      Apakah hasil belajar matematika siswa pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar melalui pembelajaran metode Gal’perin di kelas VIII MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate dapat meningkat?
2.      Bagaimana tingkat kecerdasan yang dicapai siswa dalam menyelesaikan materi pembelajaran faktorisasi bentuk aljabar dengan menggunakan metode Gal’perin?
3.      Apakah pengajaran yang diberikan guru dengan menggunakan metode Gal’perin akan optimal hasilnya khususnya pada materi ajar faktorisasi aljabar?
4.      Apakah metode Gal’perin tepat digunakan dalam pembelajaran Matematika?
E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar di MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate dengan penerapan metode Gal’perin.
2.      Memberikan gambaran sebagai alternatif metode Gal’perin dalam pembelajaran matematika.
3.      Untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika.
4.      Agar pengajaran yang diberikan guru optimal hasilnya pada pembelajaran matematika.

F.     Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :
1.      Metode ini merupakan salah satu acuan metode pembelajaran matematika bagi guru yang mengajarkan materi ajar faktorisasi bentuk aljabar di MTs Al-Washliyah Bandar Durian.
2.      Sebagai pengembangan ilmu Tarbiyah dalam menentukan arah kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi pencapaian tujuan pembelajaran efektif.
3.      Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam menyusun karya ilmiah.













 
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.    Landasan Teoritis
  1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana saja, di rumah, di sekolah, di masyarakat luas. Menurut Haghurst seorang ahli psikologi menyatakan dalam suatu kalimat “Living is Learning”. Kalimat tersebut memberikan suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting, Sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang membicarakan tentang masalah belajar.[5]
9
 
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Menurut Skinner definisi belajar sebagai berikut: “Learning is a process of progressive behavior adaption”.  Dari definisi tersebut dapat di kemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, Adanya tendensi kearah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Di samping itu, belajar juga menunjukkan suatu proses, yang berarti membutuhkan waktu sampai mencapai sesuatu hasil, dan hasilnya merupakan perilaku yang lebih sempurna dari pada perilaku sebelum belajar. Kemajuan yang diperoleh adalah sebagai akibat dari proses belajar tersebut.
Kemudian Mc Geoch memberikan definisi belajar sebagai berikut “Learning is change in performance as aresult of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance. Dan perubahan ini sebagai akibat dari latihan (practice). Pengertian latihan menunjukkan bahwa adanya usaha dari individu yang belajar. Baik yang dikemukakan Skinner maupun Mc Geocch memberikan gambaran bahwa sebagai akibat belajar adanya perubahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Hanya oleh Mc Geoch dikemukakan perubahan itu adalah sebagai akibat latihan, sedangkan apa yang dikemukakan oleh Skinner tidak secara jelas hal tersebut di ajukan.
Dalam arti yang luas Belajar ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau, lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.[6]
Bertitik tolak dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, dapat di ambil kesimpulan beberapa hal mengenai belajar sebagai berikut :
a.       Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overt behavior atau insert behavior. Karena itu perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b.      Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak dilain kesempatan.
c.       Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif lama, tetapi dipihak lain perubahan itu tidak akan menetap terus, sehingga pada suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.
d.      Perubahan perilaku, baik yang aktual maupun yang potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan perubahan dengan melalui latihan atau pengalaman.
e.       Perubahan perilaku sebagai akibat belajar disebabkan oleh adanya usaha dari individu yang bersangkutan.[7]

Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan di atas, pada umumnya para ahli melihat belajar sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak nampak, yang nampak adalah hasil dari proses tersebut. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar terdapat masukan, yaitu sesuatu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Bila keadaan ini digambarkan maka akan didapatkan skema seperti berikut ini :
 


Gambar 1.
Skema Proses Belajar

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena pengalaman atau latihan, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku. Ini berarti bahwa proes pembelajaran merupakan intervening variable yang merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable dengan dependent variable.
Karena belajar merupakan suatu proses, maka banyak faktor yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran tersebut. Ini berarti bahwa hasil belajar akan ditentukan oleh banyak faktor yang saling kait mengkait satu dengan yang lain. Dengan demikian bagan di atas dapat dikembangkan sebagai berikut :
 






Gambar 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar[8]

  1. Pengertian Metode Gal’perin
Di dalam proses pembelajaran banyak matode-metode mengajar yang dikemukakan oleh ahli ilmu pengajaran dan salah satu diantaranya adalah metode Gal’perin. Menurut Pert Jakovlevich Gal’perin bahwa mengajar ada empat tahap yang harus dilaksanakan oleh guru yaitu : (a) Orientasi, (b) Latihan, (c) Umpan Balik, (d) Lanjutan.
a)      Orientasi adalah tahap kegiatan awal di dalam pengajaran dimana seorang guru terlebih dahulu mengadakan persiapan secara baik, kemudian setelah persiapan menurut pengajar itu sendiri telah cukup maka tahap selanjutnya ialah menjelaskan materi pelajaran.
b)      Latihan adalah setelah guru memberikan penjelasan kepada siswa, maka untuk mengetahui apakah siswa telah mampu mengaplikasin pengetahuan dan pemahaman mengenai materi yang dijelaskan oleh guru maka diadakan latihan.
c)      Umpan balik adalah yang dilakukan oleh seorang guru setelah memberikan orientasi dan latihan kepada siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar memahami pelajaran secara baik. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti dari materi yang telah disampaikan.
d)     Lanjutan adalah tahap akhir yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas kepada siswa yang tujuannya untuk mengulangi orientasi, selain itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang baru dipelajari dengan kata-kata sendiri.[9]

Selanjutnya dalam buku The quality of cultural tools and cognitive development, menurut Igor Arievitch: “Metode Gal’perin adalah suatu teori aktivitas yang difokuskan kepada pendekatan pembelajaran dan pengembangan yang menyertakan unsur-unsur dari pemahaman, piaget dan sosial budaya”.[10]
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat kita pahami bahwa di dalam proses pembelajaran siswa diharapkan ikut mengalami aktivitas belajar itu sendiri. Jadi siswa tidak semata-mata hanya mendengarkan dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru. Akan tetapi siswa diberikan kesempatan juga untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
  1. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Gal’perin
Menurut Gal’perin dijelaskan mengajar ada empat tahap atau langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru yaitu “(a) Orientasi, (b)Latihan, (c) Umpan Balik (d) Lanjutan”. Keempat tahap ini disebut juga sebagai metode Gal’perin.
(a). Orientasi
            Tahap orientasi adalah kegiatan awal pengajaran. Pada awal pengajaran ini hendaknya guru mempersiapkan pelajaran secara baik dan sungguh-sungguh. Guru terlebih dahulu mengurutkan suatu masalah yang akan dibahas, menentukan pokok masalah dan hal yang mana yang menjadi keterangan tambahan saja. Perlu diperiksa dalam tahap orientasi ini, apakah bahan baru mempunyai kaitan dengan hal-hal yang telah diketahui sebelumnya oleh siswa. Dalam hal ini sudah tentu dipikirkan juga bahan yang pernah diajar sebelumnya. Ini dilakukan mengingat bahwa siswa akan dapat belajar dengan baik, bilamana suatu hal yang dijelaskan ada hubungan dengan masalah yang telah diketahui sebelumnya.
            Pada tahap ini seorang guru harus dapat merangsang proses berpikir, harus dapat membantu tumbuhnya sikap kritis serta mampu mengubah pandangan para siswanya. Sebelum itu juga seorang guru mampu menimbulkan motivasi pada diri siswa untuk meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya. Oleh sebab itu selama mengajar hendaknya mengamati apakah penjelasan cukup baik atau tidak, apakah masalah yang diterangkan dapat dimengerti oleh siswa, atau apakah siswa menjadi tidak bergairah lagi untuk memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, karena mereka tidak mengerti hal yang diajarkan secara jelas. Untuk bahan pelajaran yang mudah dapat disajikan secara singkat, sedangkan untuk bahan sulit (menurut tingkat pemikiran yang tinggi) orientasi harus diberikan lebih lengkap, misalnya memberikan banyak contoh-contoh soal.
(b) Latihan
      Guru sering membuktikan apakah sudah mengerti pembelajaran yang diajarkan atau belum atau guru kadang cepat merasa puas dengan suatu tingkat kemampuan yang  diperoleh siswa. Materi pelajaran yang diterima siswa mungkin masih kurang dipahami oleh siswa karena tingkat hafalan, sedangkan pemahaman pada suatu konsep mungkin masih belum dikuasai.
      Bila siswa kurang mendapat latihan maka siswa dapat beranggapan belajar adalah suatu hal yang gampang karena tidak membutuhkan usaha. Setiap materi pelajaran atau konsep baru yang diajarkan memerlukan banyak latihan agar siswa benar-benar belajar dan berusaha untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan.
      Pada tahap latihan inilah siswa dituntut untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh pada tahap orientasi. Jika dia mampu menyelesaikan soal-soal latihan maka ini tentunya akan memotivasi semangat untuk belajar lebih giat lagi. Selama proses latihan ini ada baiknya guru mendampingi siswa, agar guru memotivasi siswa dan memupuk rasa percaya diri siswa agar dapat menyelesaikan soal-soal latihan.
Latihan berarti suatu cobaan, latihan yang dilakukan dengan keliru, tidak bermanfaat, artinya selama guru membimbing siswa bukan berarti guru langsung memberikan jawaban soal-soal latihan, melainkan guru membimbing siswa untuk menemukan atau menyelesaikan soal secara mandiri atau boleh juga berdiskusi, sehingga siswa nantinya akan lebih mengingat pelajaran.
(c). Umpan balik
Umpan balik adalah masukan (informasi) yang diperlukan siswa setelah proses orientasi dan latihan. Umpan balik dimaksud untuk mencari informasi sampai dimana siswa mengerti bahan yang telah diajarkan. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sendiri sampai dimana mereka mengerti bahan tersebut.
Pada umumnya guru kurang memikirkan atau mengajari bahwa perlunya umpan balik, sehingga ia tidak tahu efek dan akibat dari pengajaran yang ia berikan. Baru setelah seluruh rangkaian pelajaran diberikan terlihat pada waktu ujian bahwa siswa belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dalam hal itu berarti suatu keterlambatan sebaliknya bilamana yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.
Tiap siswa perlu pendekatan lain, siswa-siswa tidak dapat belajar dan maju dengan kecepatan yang sama. Umpan balik harus dapat membantu individu untuk maju sejauh dan secepat kemampuannya memberikan balikan dapat dilakukan secara:
1.      Umpan balik harus teratur, balikan harus menjadi bagian normal dari setiap pelajaran. Pengajaran hendaknya jangan mengganggu sampai siswa minta untuk berikan umpan balik
2.      Umpan balik harus jujur, balikan harus mempunyai opini yang nyata dan benar dari guru tentang kemajuan siswa.
3.      Umpan balik harus lengkap, balikan harus menceritakan semua yang dirasakan guru tentang pekerjaan siswa. Umpan balik yang lengkap meliputi pernyataan tentang apa yang betul dan apa yang salah dalam pekerjaan siswa.
4.      Umpan  balik harus berguna bagi siswa, balikan harus cukup terinci agar dapat bermakna, guru harus memberikan komentar kepada pekerjaan siswa dapat menggunakan umpan balik untuk memperbaiki performanya.
5.      Umpan balik harus bervariasi, balikan harus diberikan beraneka ragam cara dan pada waktu yang berbeda, balikan dapat diberikan lewat komentar lisan.
6.      Umpan balik siswa diberikan dengan rasa peduli. Dari umpan balik yang diberikan siswa harus merasakan, memperhatikan dan adanya dukungan guru. Umpan balik harus membina rasa percaya diri pada anak dan merasa mampu membuat keputusan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam belajar. [11]

(d). Lanjutan
Siswa dapat belajar dari kesalahan-kesalahan bila siswa tersebut dapat melanjutkan latihannya untuk memperbaiki kesalahannya. Kegiatan pada tahap lanjutan pada penelitian meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang baru dipelajari dengan kata-kata sendiri dan karena keterbatasan waktu, kegiatan pada tahap lanjutan ini juga dengan memberikan pekerjaan rumah (PR).
  1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Gal’perin
a.      Kelebihan Metode Gal’perin :
1)      Menyadarkan anak didik bahwa ada masalah yang dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu jawaban saja.
2)      Menyadarkan anak didik bahwa teori Galperin, mereka saling menggunakan pendapat secara konstruktif/dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik.
3)      Membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersifat toleran.
4)      Menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima orang lain.
5)      Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
6)      Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
7)      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan megemukakan pendapat
8)      Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
9)      Pembentukan kebiasaan - kebiasaan membuat gerakan - gerakan yang kompeks, rumit, menjadi lebih otomatis.[12]

b.      Kelemahan Metode Gal’perin :
1)      Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang
2)      Mungkin dikuasai oleb orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
3)      Tidak dipakai dalam kelompok besar
4)      Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
5)      Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
6)      Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
7)      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.[13]

  1. Pembelajaran Matematika dengan Metode Galperin.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh siswa diri MI hingga MA dan bahkan juga diperguruan tinggi. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,  matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa. Menurut Johnson dan Myklebous “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir” [14]. Lerner mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan cirri utamanya adalah penggunaan cara berpikir deduktif, tapi juga merupakan cara bernalar induktif.
      Dari berbagai pendapat yang dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan kepada metodenya dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri.
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode mengajar.
Pemilihan metode mengajar didasarkan pada sifat pelajaran, alat- alat yang tersedia, besar kecilnya kelas, tempat dan lingkungan, kesanggupan guru, banyak sedikitnya bahan dan tujuan pelajaran.
Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pelajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Semakin besar pengaruhnya untuk menghasilkan sesuatu semakin efektif metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya, dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien metode tersebut. [15]
      Salah satu jenis metode mengajar yang menekankan kepada keaktifan siswa adalah pembelajaran metode Galperin. Dalam hal ini penerapan metode Gal’perin dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar diharapkan dapat membantu siswa memahami dan mengembangkan metakognitif yang mengarahkan siswa menguasai materi yang diajarkan. Metode Gal’perin merupakan proses pembelajaran yang  digambarkan  dalam empat tahap yaitu (1) orientasi, (2) latihan, (3) umpan balik, (4) lanjutan. Dengan penerapan ini siswa lebih aktif dan dapat mengembangkan mental siswa dan mengurangi kesulitan belajar matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar dengan memberikan latihan- latihan dan umpan balik yang memberikan siswa kesempatan untuk bertanya hal- hal yang kurang mengerti dan menyimpulkan materi faktorisasi bentuk aljabar menurut yang dipahami setelah melakukan proses pembelajaran.
      Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar dengan penerapan metode Gal’perin dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan mengatasi kesulitan belajar matematika. [16]


  1. Hasil Belajar
Belajar untuk menuntut ilmu marupakan manifestasi dari taat terhadap ajaran agama. Dalam islam individu yang mempunyai ilmu pengetahuan sangat dimuliakan oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat pada surat Al-Mujadilah: 11 yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ [17]   
Artinya :“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Makna ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk membaca (belajar), baik yang tersirat maupun yang tersurat. Islam menyuruh umatnya untuk terus belajar tanpa mengenal batas waktu dan usia. Dalam hal ini belajar memberi penjelasan bahwa semua pengetahuan itu diperoleh dengan pengamatan, pengalaman, penyelidikan, dengan bekerja, dengan fasilitas yang diciptakan. Ilustrasi ini diambilkan untuk menunjukkan bahwa setiap individu yang belajar haruslah aktif sebab tanpa keaktifan maka proses belajar itu tidak akan terjadi. [18]
Untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “suatu proses pembelajaran tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.”[19]
Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Istimewa/maksimal           :  Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2.      Baik sekali/optimal            : Apabila sebagian besar (76% s/d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3.      Baik/minimal                     : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya  60% s/d 75% saja dikuasai oleh siswa
4.      Kurang                              : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa[20]

            Proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan guru dan siswa adalah merupakan suatu usaha dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan yang menjadi tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah hasil belajar yang merupakan kemampuan-kemampuan siswa telah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan (Kognitif), sikap (Afektif) dan keterampilan (Psikomotorik).[21]
            Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian dengan cara mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut melalui tes hasil belajar. Harahap mengatakan bahwa: “Hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”. Sedangkan menurut  Rohani menyatakan: “Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh guru”.[22]
            Hasil yang diterima siswa adalah berbeda-beda, karena dalam pencapaian hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor. Dari sekian banyak faktor tersebut, secara garis besar dapat dibagi dua golongan yaitu faktor internal adalah yang ada pada diri siswa yang sedang belajar dan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar diri siswa.
            Dengan demikian jelaslah bahwa hasil belajar itu dapat diukur dan menciptakan hasil dari suatu proses belajar. Proses belajar ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diukur dengan tes ini adalah berupa skor atau nilai.

B.     Tinjauan Materi
1.         Faktorisasi Bentuk Aljabar
Faktor-faktor dari suatu bentuk aljabar yang diberikan terdiri atas dua bentuk aljabar atau lebih yang apabila dikalikan bersama-sama menghasilkan bentuk aljabar yang diberikan tersebut. Sebagai ilustrasi, bentuk aljabar  boleh ditulis sebagai hasil kali dua faktor  Demikian pula, .
Secara umum proses pemfaktoran atau faktorisasi dibatasi untuk mendapatkan faktor-faktor suku banyak dengan koefisien bilangan bulat pada setiap suku-sukunya. Demikian pula faktor-faktornya merupakan suku banyak dengan koefisien bilangan bulat.
Faktorisasi bentuk aljabar menyatakan bentuk penjumlahan suku-suku menjadi bentuk perkalian faktor-faktor. Pemfaktoran bentuk aljabar terdiri atas bentuk-bentuk sebagai berikut :
1.   Bentuk Penjumlahan suku-suku dapat difaktorkan dengan menggunakan hukum distributif apabila memiliki faktor persekutuan.
                               bentuk penjumlahan    bentuk perkalian
a disebut faktor persekutuan.
Contoh :
Faktorkan bentuk 

Jawab:
dan memiliki faktor persekutuan terbesar , maka :
       =
                                    =
2.   Faktorisasi kuadrat sempurna
            Contoh:
            Faktorkan bentuk .
            Jawab:
           
                                = 
3.   Faktorisasi selisih dua kuadrat
            Contoh:  faktorkan bentuk
                           Jawab: 
                                                       =
4.      Faktorisasi bentuk kuadrat x2 + bx + c
            Dengan b= p + q dan c= p x q
            Contoh:  
  Faktorkan bentuk x2 + 12x + 32
  Jawab:
  karena hasil kalinya bilangan positif, yaitu12 dan hasil jumlahnya juga bilangan positif yaitu 32, maka kedua pasangan bilangan bertanda positif.
 x2  + 12x + 32   = (x + 4)(x + 8) atau (x + 8)(x + 4)
         4 + 8     4 x 8
5.      Faktorisasi bentuk kuadrat ax2 + bx + c, dengan a 1 dan a 0 adalah:
                 
      dengan b = p + q dan a x c = p x q
      Langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Jika kedua suku itu dijumlahkan, maka akan menghasilkan koefisien x (b)
b.      Jika kedua suku itu dikalikan, maka hasilnya sama dengan hasil kali koefisien x2 (a) dengan bilangan konstanta (c)
           contoh:
           Faktorkan bentuk 5y2 + 13y + 6
                     30
           5y2 + 13y + 6    = 5y2 + 10y + 3y + 6
                      3+10          
                                    = 5y (y + 2) + 3(y + 2)
                                    = (5y + 3)(y + 2) atau (y + 2)(5y + 3)

C.    Kerangka Berpikir
Dalam penyajian pelajaran, metode Gal’perin yang digambarkan dalam serangkaian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan sangat tepat digunakan dalam mengajarkan studi matematika khususnya materi faktorisasi bentuk aljabar, karena dalam penerapan metode tersebut merangsang siswa menjadi aktif, memberi pengalaman siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam materi faktorisasi bentuk aljabar dan melatih pengembangan mental siswa untuk dapat mengemukakan hal-hal yang kurang jelas baik dalam materi pelajaran dan latihan-latihan yang diberikan guru dan melatih diri untuk tampil kedepan mengerjakan soal-soal latihan dipapan tulis, sehingga dalam penerapan metode Gel’perin ini diharapkan tujuan pembelajaran matematika yang lebih efektif dapat tercapai dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
D.    Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan skripsi yang berjudul : “Model Pembelajaran Metode Galperin dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SMP Negeri 17 Medan”, yang ditulis oleh Irmalia Harahap, Prodi Tadris Matematika IAIN SU Medan. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif yang bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh metode Galperin dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa pada materi ajar kubus dan balok. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 17 Medan TP. 2007/2008 yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 290 orang. Dan sample pada penelitian ini adalah 2 kelas dengan jumlah siswa 71 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan tes sedangkan pada uji hipotesisnya menggunakan uji t. dari hasil penelitian diperoleh thitung=1,475 dan ttabel=1,669 karena thitung>ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Metode Galperin Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SMP Negeri 17 Medan.
E.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka pikir diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara model pembelajaran metode Gal’perin dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate.











 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate Tahun Pelajaran 2010/2011 yang beralamat di Jalan Peratun No. 3 Kecamatan Medan Estate Kabupaten Deli Serdang Kota Medan Sumatera Utara.
B.     Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 27 Agustus 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, Karena di dalam penelitian tindakan kelas (PTK)  memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.
C.    Subyek Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A MTs Negeri 2 Medan Estate Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa.
D.    Jenis Penelitian
29
 
Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk meningkatkan/memperbaiki mutu praktik pembelajaran.[23]
E.     Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan sedangkan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Masing-masing siklus dilakukan dengan pola yang sama dan tetap, meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut.
1. Karena banyaknya indikator pembelajaran.
2. Agar kompetensi dapat dicapai secara tuntas.
3. Agar indikator pembelajaran dapat tercapai.
4. Agar hasil belajar matematika siswa  melalui metode Gal’perin meningkat.
1.      Siklus I
  1. Perencanaan (Planning)
1.      Peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan materi pokok Faktorisasi bentuk aljabar. Indikator pembelajarannya yaitu menentukan faktorisasi suku aljabar.
2.      Peneliti mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan guru.
3.      Peneliti memberikan pengarahan, penjelasan dan memotivasi siswa dalam belajar matematika
  1. Tindakan
Pada pertemuan I diberikan materi tentang faktorisasi bentuk aljabar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Pendahuluan
Pada pendahuluan ini diberikan motivasi kepada siswa terhadap matematika khususnya pada materi faktorisasi bentuk aljabar.
2)      Penerapan
Pada penerapan pertama dibahas tentang materi pemfaktoran  bentuk penjumlahan suku-suku dengan menggunakan hukum distributif. Diberikan orientasi (penjelasan) materi tersebut kepada siswa. Kemudian siswa diberikan soal-soal latihan mengenai materi pemfaktoran  bentuk penjumlahan suku-suku dengan menggunakan hukum distributif. Selanjutnya siswa diminta untuk bertanya tentang materi yang kurang jelas. Jelaskan kembali tentang apa yang ditanyakan oleh siswa.
3)      Penutup
Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman dan diberi pekerjaan rumah.
Pada pertemuan kedua dilanjutkan dengan siklus I dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Pendahuluan
Pada pendahuluan ini yang pertama dilakukan adalah memeriksa Pekerjaan Rumah.
2)      Penerapan
Pada penerapan kedua dibahas mengenai materi dan faktorisasi kuadrat sempurna. Diberikan penjelasan kepada siswa tentang materi tersebut. Kemudian siswa diberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan masing-masing. Selanjutnya di upayakan adanya umpan balik, yaitu siswa bertanya materi yang kurang mereka pahami.
3)      Penutup
Siswa diarahkan untuk membuat rangkuman dan diberi pekerjaan rumah.
                        Kemudian dilanjutkan pertemuan ketiga siklus I.
1)      Pendahuluan
Pada pendahuluan ini yang pertama dilakukan adalah memeriksa Pekerjaan Rumah
2)      Penerapan
Pada penerapan ini dibahas tentang materi faktorisasi selisih dua kuadrat. Diberikan orientasi (penjelasan) materi tersebut kepada siswa. Kemudian siswa diberikan soal-soal latihan mengenai materi faktorisasi selisih dua kuadrat. Selanjutnya siswa diminta untuk bertanya tentang materi yang kurang jelas. Kemudian jelaskan kembali tentang apa yang ditanyakan oleh siswa.
3)      Penutup
Dilakukan ulangan akhir siklus I
  1. Observasi
Pada tahap demi tahap dilakukan observasi terhadap siswa pada proses pembelajaran, sedangkan keaktifan peneliti sebagai fasilitator diamati oleh guru lain, yakni guru mata pelajaran matematika di MTs Negeri 2 Jl. Peratun No.3 Medan Estate.
  1. Refleksi
a.       Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran.
b.      Mendiskusikan hasil analisis refleksi untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus berikutnya.
Refleksi dilakukan untuk mencatat semua pertemuan baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, selanjutnya untuk mengadakan perbaikan pada siklus II.
2.      Siklus II
Karena dari siklus I belum menampakkan adanya hasil sesuai yang diharapkan, maka perlu dilakukan siklus II dengan langkah-langkah adalah sebagai berikut.


  1. Perencanaan (Planning)
1.      Peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan materi ajar Faktorisasi bentuk aljabar. Indikator pembelajarannya yaitu menentukan faktor suku aljabar.
2.      Peneliti mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan guru.
3.      Peneliti memberikan pengarahan, penjelasan dan memotivasi siswa dalam belajar matematika
  1. Pelaksanaan
Pada pertemuan ke IV ini diberikan penjelasan mengenai materi faktorisasi bentuk kuadrat x2 + b + c kemudian siswa diberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan. Selanjutnya dilakukan umpan balik serta siswa di arahkan untuk membuat rangkuman materi sebagaimana pada siklus I.
Pada pertemuan V dibahas mengenai materi faktorisasi bentuk kuadrat ax2 + bx + c, dengan a 1 dan a 0  dengan menggunakan metode Gal’perin seperti pada pertemuan sebelumnya. Kemudian dilakukan ulangan akhir Siklus II.
  1. Observasi
1.      Melihat kembali hasil observasi pada siklus I.
2.      Observasi dilaksanakan dengan secermat-cermatnya dengan mendata kembali hasil observasi seperti yang dilakukan pada siklus I.

  1.  Refleksi
Pada siklus II digunakan untuk melihat apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Pada akhir
Siklus II ini, melalui metode Gal’perin diharapkan hasil belajar siswa meningkat dalam Pembelajaran  matematika pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar  siswa kelas VIII-A MTs Negeri 2 Medan Estate.
F.     Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Sebuah penelitian di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang tepat. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objek.[24] Oleh karena itu untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik dan alat pengumpulan data yaitu berupa tes, observasi dan wawancara.
1.      Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula. [25] Tes diberikan kepada siswa diakhir siklus yang berguna untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes ini secara umum dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar dengan menggunakan metode Gal’perin.
2.      Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Di dalam penelitian ini observasi yang digunakan untuk mengamati perubahan peningkatan belajar siswa  sewaktu berjalannya proses pembelajaran dan peningkatan guru dalam mengelola pembelajaran. Hal ini bertujuan agar adanya masukan dan umpan balik agar adanya perubahan pada  pembelajaran berikutnya. Observasi ini juga bertujuan untuk mengukur secara individu maupun kelas, kreaktif, keaktifan, dan sikap mereka dalam belajar (berkomunikasi, bertanya, dan kerja kelompok).
3.      Wawancara
Wawancara merupakan sebuah percakapan yang mempunyai tujuan antara dua orang atau lebih. Wawancara dilakukan untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi dan lain-lain.[26] Adapun tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar.


G.    Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah dengan melihat terlebih dahulu ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses pembelajaran terdapat ketuntasan belajar individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal dilihat dari jumlah perserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut.[27]
Ketuntasan belajar individu dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
KI        = Persentase ketuntasan belajar individu
Y         = Skor yang telah diperoleh siswa
Z          = Skor maksimal

Kriteria :
         : Siswa belum tuntas dalam belajar
      : Siswa telah tuntas dalam belajar
Secara individu, siswa dikatakan telah tuntas apabila . Sedangkan Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
     KK      = Persentase kelas yang telah tuntas belajar
     T          = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar
     N         = Jumlah seluruh siswa
Dengan melihat hasil ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar.










BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
1.      Deskripsi Tes Awal
Tujuan dilakukannya tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum melakukan perencanaan adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan soal faktorisasi bentuk aljabar. Dari 32 orang siswa yang diberikan tes awal, ternyata diketahui 30 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan individual. Ini mengindikasikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Data selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 16. Adapun Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1 : Deskripsi Hasil Tes Awal
No
Persentase Ketuntasan
Tingkat Ketuntasan
Banyak Siswa
Persentase
Jumlah Siswa
1.
2.
65%
< 65%
Tidak Tuntas
Tuntas
30
2
93,75%
6,25%
Jumlah
32
100%
           
39
 
Dari data tabel di atas diketahui bahwa kemampuan awal dalam menguasai materi faktorisasi bentuk aljabar masih rendah. Dari 32 siswa terdapat 30 orang siswa atau 93,75% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes mendapat hasil rendah. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap siswa yang berkemampuan rendah, di samping itu menelusuri letak kesalahan-kesalahan siswa.ternyata rata-rata siswa menjawab bahwa mereka sulit untuk menguasai penyelesaian memfaktorkan dalam bentuk aljabar serta sebagian siswa tidak memahami maksud dari pemfaktoran dan tidak menyadari kekeliruan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
            Hasil dari tes awal peneliti gunakan sebagai identifikasi awal untuk tindakan yang akan diberikan. Kegiatan terakhir pada tahap ini adalah menyusun rencana pembelajaran untuk dilakukan pada siklus I. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Gal’perin.
2.      Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I
a.      Deskripsi Hasil Belajar Pada Tes I
Pada tahap siklus I, diberikan tes hasil belajar I kepada siswa untuk melihat adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode Gal’perin. Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I, didapat hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Data selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 17. Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 : Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Pada saat Tes I
No
Persentase Ketuntasan
Tingkat Ketuntasan
Banyak Siswa
Persentase Jumlah Siswa
1.
2.
65%
< 65%
Tidak Tuntas
Tuntas
8
24
25%
75%
Jumlah
32
100%
           
Berdasarkan tabel di atas diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar individual. Sehingga dapat disimpulkan  bahwa pembelajaran pada siklus I masih belum memenuhi kriteria peningkatan hasil belajar. Dimana dari 32 siswa terdapat 8 siswa (25%) yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 24 siswa (75%) yang telah mencapai ketuntasan belajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I perlu ada perbaikan yakni dengan melanjutkan ke siklus II.
b.      Deskripsi Hasil Observasi I
Kemampuan guru mengolah tahapan pembelajaran pada siklus I dapat dicermati pada tabel di bawah ini :
Tabel 3: Hasil Observasi Kemampuan Guru I
Pengelolaan Pembelajaran
Rata-rata hasil observasi I
Kegiatan awal
3,16
Kegiatan inti
3,17
Kegiatan Penutup
3,33
Jumlah
9,66
Rata-rata
3,22

            Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai observasi siklus I pada kegiatan awal dengan 2 indikator memperoleh rata-rata nilai 3,16. Pada kegiatan inti, hasil observasi dengan 13 indikator diperoleh rata-rata nilai 3,17. Sedangkan pada kegiatan penutup dengan 2 indikator rata-rata hasil observasinya diperoleh 3,33. Jumlah dari semua rata-rata nilai observasi adalah 9,66 dan rata-rata keseluruhan adalah 3,22. Maka hal ini menunjukkan bahwa nilai observasi kemampuan guru dalam mengelola pembealajaran masih rendah.
            Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, penelitian menemukan bahwa para siswa kurang memiliki motivasi yang besar untuk belajar. Hal ini terlihat dari hanya beberapa siswa saja yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa tidak memperhatikan guru saat pembelajaran sedang berlangsung dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal masih kurang.
            Hal ini terlihat dari tingkat hasil belajar siswa yang masih rendah. Dan data observasi yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19.
Tabel 4: Lembar Hasil Pengamatan/observasi siklus I
No.
Kegiatan
Pertemuan
I
II
III
Rata-Rata
A.
MEMULAI PELAJARAN
1.  Menyampaikan bahan pengait/apersepsi
2.  Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar-mengajar

33


3
3


4
3

3,33
3
B.      
MENGELOLA KEGIATAN
1.  Menyampaikan bahan
2.  Memberi contoh
3.  Menggunakan alat/media pengajaran
4.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
5.  Member penguatan

3
3
2
3
3

3
4
2
3
3

4
4
3
3
4

3,33
3,67
2,33
3
3,33
C.      
MENGORGANISASIKAN WAKTU, SISWA, DAN FASILITAS BELAJAR
1.  Mengatur penggunaan waktu
2.  Mengorganisasikan siswa
3.  Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar


3
3
3


3
3
3


4
4
3


3,33
3,33
3
D.     
MELAKSANAKAN PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1.  Melaksanakan penilaian selama PBM berlangsung
2.  Melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran


3

3


4

4


4

4


3,67

3,67
E.      
AKTIFITAS SISWA
1.  Berpartisipasi dalam pembelajaran
2.  Bertanya kepada guru
3.  Mendengar dan memperhatikan guru

2
2
3

3
3
3

4
3
3

3
2,67
3
F.       
MENGAKHIRI PELAJARAN
1.  Menyimpulkan pelajaran
2.  Memberikan tindak lanjut

3
3

3
3

4
4

3,33
3,33
           
Wawancara dilakukan terhadap siswa yang mendapat nilai rendah yang tujuannya untuk menelusuri kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal faktorisasi bentuk aljabar. Berdasarkan hasil wawancara ternyata siswa menjawab bahwa soal yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang tersedia.
c.       Hasil Refleksi I
Berdasarkan hasil analisa terhadap hasil belajar siswa pada siklus I dengan pembelajaran menggunakan metode Gal’perin dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada siklus I dari 32 siswa terdapat 8 siswa (25%) yang memperoleh nilai < 65% . Di dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti menemukan bahwa kemampuan siswa tidak merata dan siswa kurang memahami materi faktorisasi bentuk aljabar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti menemukan bahwa siswa kurang memiliki motivasi untuk belajar. Hal ini terlihat hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa tidak memperhatikan guru saat pembelajaran sedang berlangsung dan kemampuan siswa dalam memahami materi masih kurang, siswa masih memiliki kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
Hal ini terlihat dari tingkat hasil siswa belajar yang masih rendah. Dari data hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran masih rendah, dimana jumlah nilai rata-rata observasi adalah 9,66 dan rata-rata keseluruhan 3,22.
Dengan melihat kemampuan siswa pada siklus I, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi faktorisasi bentuk aljabar.
3.      Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II
a.      Deskripsi Hasil Belajar Pada Tes II
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus I, kegiatan pembelajaran akan ditunjukkan pada kegiatan tindakan siklus II. Kegiatan pembelajarannya dapat dilihat pada lampiran 4. Secara lengkap hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 16.
Tabek 5 : Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Pada saat Tes II
No
Persentase Ketuntasan
Tingkat Ketuntasan
Banyak Siswa
Persentase Jumlah Siswa
1.
2.
65%
< 65%
Tidak Tuntas
Tuntas
2
30
6,25%
93,75%
Jumlah
32
100%
           
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai. Dimana jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa (93,75%) dari jumlah keseluruhan siswa. Dan yang tidak tuntas belajar adalah 2 siswa (6,25%) dari jumlah keseluruhan siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai, dengan demikian penggunaan metode Gal’perin dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


b.      Deskripsi Hasil Observasi II
Data hasil observasi kemampuan guru dapat dilihat pada lampiran 19 Kemampuan guru mengelola tahapan pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. : Hasil Observasi Kemampuan Guru II
            Pengelolaan Pembelajaran
Rata-rata hasil observasi II
Kegiatan awal
4,75
Kegiatan inti
4,65
Kegiatan Penutup
4,5
Jumlah
13,9
Rata-rata
4,63
           
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai observasi siklus II pada kegiatan awal dengan 2 indikator memperoleh rata-rata nilai 4,75. Pada kegiatan inti, hasil observasi dengan 13 indikator diperoleh nilai 4,65. Pada kegiatan penutup dengan 2 indikator, rata-rata hasil observasinya adalah 4,5 dan rata-rata keseluruhan adalah 4,63. Hal ini menunjukkan bahwa nilai observasi kemampuan guru meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini diperoleh bahwa para siswa lebih memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Dengan menggunakan metode Gal’perin, siswa lebih aktif serta mempunyai minat yang tinggi dalam memahami pelajaran. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang bertanya, maka terjadilah diskusi yang melibatkan antara siswa dan guru. Ketika proses pembelajaran berlangsung, tahap-tahap dalam metode Gal’perin berjalan dengan baik. Sehingga dengan dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan metode Gal’perin pada siklus II ini mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat. Dan data observasi yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7 :  Lembar Hasil Pengamatan/Observasi siklus II
No.
Kegiatan
Pertemuan
IV
V
Rata-Rata
A.
MEMULAI PELAJARAN
1.  Menyampaikan bahan pengait/apersepsi
2.  Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar-mengajar

4
5


5
5


4,5
5
B.
MENGELOLA KEGIATAN
1.  Menyampaikan bahan
2.  Memberi contoh
3.  Menggunakan alat/media pengajaran
4.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
5.  Member penguatan

5
4
4
5
5

5
5
5
5
5

5
4,5
4,5
5
5
C.
MENGORGANISASIKAN WAKTU, SISWA, DAN FASILITAS BELAJAR
1.  Mengatur penggunaan waktu
2.  Mengorganisasikan siswa
3.  Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar


4
4
4


5
5
4


4,5
4,5
4
D.
MELAKSANAKAN PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1.  Melaksanakan penilaian selama PBM berlangsung
2.  Melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran


5

5


5

5


5

5
E.
AKTIFITAS SISWA
1.  Berpartisipasi dalam pembelajaran
2.  Bertanya kepada guru
3.  Mendengar dan memperhatikan guru

4
4
5

5
4
5

4,5
4
5
F.
MENGAKHIRI PELAJARAN
1.  Menyimpulkan pelajaran
2.  Memberikan tindak lanjut

4
4

5
5

4,5
4,5

c.       Hasil Refleksi II
Dari hasil analisis terhadap hasil belajar siswa pada siklus II dengan pembelajaran yang menggunakan metode Gal’perin dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa, 30 orang atau 93,75% dari jumlah siswa secara keseluruhan telah mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi siklus II, ada peningkatan dengan jumlah rata-rata nilai adalah 13,9 dan nilai rata-rata keseluruhan 4,63. Di dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti menemukan bahwa kemampuan awal siswa merata dalam penguasaan materi faktorisasi bentuk aljabar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, peneliti menemukan bahwa para siswa memiliki motivasi yang besar untuk belajar. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal lebih baik. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang meningkat. Siswa juga lebih serius dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Dengan melihat peningkatan hasil belajar siswa pada tingkatan yang dilakukan pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Gal’perin pada materi faktorisasi bentuk aljabar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Temuan Hasil Penelitian :
  1. Hasil belajar matematika yang diajarkan dengan metode Gal’perin dapat meningkatkan hasil belajar.
  2. Pembelajaran dengan menggunakan metode Gal’perin membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan.
  3. Dilihat dari ketuntasan belajar siswa 93,75% dari jumlah siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal sudah memenuhi ketuntasan .
  4. Dilihat dari hasil observasi pada siklus I, diperoleh jumlah rata-rata nilai 9,66 dengan rata-rata keseluruhan 3,22. Hasil observasi pada siklus I ini, keaktifan siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih rendah.
  5. Dilihat dari hasil observasi pada siklus II, diperoleh jumlah rata-rata 13,9 dengan rata-rata keseluruhan 4,63. Hasil observasi pada siklus II ini, keaktifan siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hasil observasi I.
  6. Secara keseluruhan proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
  7. Secara keseluruhan kriteria pembelajaran dengan menggunakan metode            Gal’perin pada materi ajar faktorisasi di kelas VIII-A MTs Negeri 2 Jl. Peratun no.3 Medan Estate.
Hanya saja setelah peneliti amati selama proses pembelajaran, ternyata masih terdapat siswa yang belum memahami pelajaran yang diberikan. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa tersebut masih kurang teliti dalam perhitungan khususnya ketika sedang memfaktorkan suatu bilangan aljabar. Selain itu juga ada yang berkeinginan untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan tetapi malu untuk mengutarakannya. Ini disebabkan kegiatan belajar yang selama ini dilakukan, tidak mendorong siswa untuk aktif, sehingga siswa kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran.


B.     Pembahasan
Dari hasil tes awal diketahui bahwa kemampuan awal siswa dalam menguasai materi faktorisasi bentuk aljabar masih rendah. Dari 32 orang siswa terdapat 93,75% atau 30 orang siswa yang kemampuan belajarnya rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut digunakan metode Gal’perin dalam proses pembelajaran.
Siklus I diberikan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode Gal’perin yaitu melakukan orientasi, memberikan latihan, memberikan umpan balik serta memotivasi siswa yang minat belajarnya masih kurang. Hasil siklus I setelah diberikan tes I terdapat 25% atau 8 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 75% atau 24 orang yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Dan dari hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran diperoleh jumlah nilai rata-rata 9,66 dengan rata-rata keseluruhan adalah  3,22. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih rendah. Maka siklus II dilaksanakan.
Siklus II dibuat dari pengembangan  siklus I dimana dalam proses pembelajaran berlangsung masih sama menggunakan metode Gal’perin akan tetapi pada siklus II ini tahap orientasi dan umpan balik lebih ditekankan. Sehingga kelihatan hasilnya bahwa pada Tes II terdapat 2 orang atau 6,25% siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 93,75% atau 30 orang telah mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal sudah memenuhi ketuntasan. Dari hasil observasi diperoleh jumlah nilai rata-rata 13,9 dengan rata-rata keseluruhan 4,63. Dalam hal ini kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan.
Setelah dilakukan tindakan pengajaran dengan menggunakan metode Gal’perin, dari siklus I dan siklus II diperoleh bahwa ketuntasan hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan sekitar 18,75%. Ini berarti ketuntasan belajar siswa telah tercapai. Dengan demikian metode Gal’perin efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa di MTs Negeri 2 Jl. Peratun No. 3 Medan Estate, pembelajaran dengan menerapkan metode Gal’perin merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari materi faktorisasi bentuk aljabar.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam BAB IV maka  dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode Gal’perin dapat meningkatkan hasil belajar  matematika siswa pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar pada siswa kelas VIII-A semester I MTsN Negeri 2 Jl. Peratun No.3 Medan Estate Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai 65%. Dari tes awal terdapat 2 siswa (6,25%) yang telah tuntas belajar secara individual dan terdapat 30 siswa (93,75%) yang tidak tuntas belajar. Pada tes hasil belajar siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa (75%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 8 siswa (25%), sedangkan pada tes hasil belajar siklus II jumlah siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 30 siswa (93,75%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa (6,25%). Maka dapat disimpulkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan sekitar 18,75%.
51
 
Dari hasil observasi pada siklus I diperoleh jumlah rata-rata nilai adalah 9,66 dengan rata-rata keseluruhan 3,22. Hal ini menyatakan bahwa aktifitas belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih rendah. Kemudian pada siklus II diperoleh jumlah rata-rata nilai adalah 13,9 dengan rata-rata keseluruhan 4,63. Maka hasil observasi pada siklus II ini menyatakan bahwa aktifitas siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Gal’perin pada materi ajar faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII-A MTs Negeri 2 Jl. Peratun No 3 Medan Estate mengalami peningkatan.
B.     Saran
1.      Sebaiknya guru matematika di MTs Negeri 2 Jl. Peratun No 3 Medan Estate  menerapkan metode Gal’perin dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Guru matematika yang mengajar di MTs Negeri 2 Jl. Peratun No 3 Medan Estate sebaiknya lebih mendekatkan diri terhadap siswa. Maksudnya guru harus bisa mengetahui karakter seluruh siswa melalui pendekatan individu.
3.      Agar ada interaksi antara siswa dengan guru, maka ada baiknya jika guru mau menggunakan metode Gal’perin dalam pembelajaran.
4.      Untuk menerapkan metode Gal’perin dalam pengajaran matematika hendaknya guru memahami tahap-tahap dalam metode Gal’perin.






 
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Wacana Prima, 2007.
Bahri, Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Darmayanti, Nefi, Psikologi BelajarMedan: IAIN SU Medan, 2009.
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. J-ART, 2005.
Harahap, Irmalia, Model Pembelajaran Metode Galperin  dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 17 Medan, Medan, IAIN SU Medan, 2007.

hhtp//www.Google.com
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Rohani, Ahmad dan H. Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempenngaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994.

Tampomas, Husein, Matematika Plus, Jakarta: Yudhistira, 2006.



53
 
 

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 SIKLUS I
( RPP )

Sekolah                       : MTs Negeri 2 Jl. Peratun No 3 Medan Estate
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas / Semester          : VIII-A (delapan) / 1


Standar Kompetensi   : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Kompetensi Dasar      : 1.2  Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
Indikator                     : 1.2.1.Menentukan faktor suku aljabar
Alokasi Waktu            : 2 x 40 menit  (1 pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran :
1.       Siswa dapat menentukan faktor suku aljabar
B.     Materi Ajar
      Faktorisasi bentuk aljabar

C.    Metode Pembelajaran
Metode Gal’perin

D.    Langkah-langkah Kegiatan

·         Pendahuluan :
1.      Mengingat kembali operasi hitung bentuk aljabar
2.      Memberikan penjelasan sedikit seputar pemfaktoran bentuk aljabar
·         Kegiatan Inti :
1.      Guru menyiapkan soal-soal latihan awal, kemudian memberikan kepada tiap-tiap siswa agar dikerjakan secara pribadi.
2.      Siswa mengerjakan soal yang diberikan, dan guru mengamati.
3.      Guru member penilaian terhadap hasil kemampuan awal siswa
4.      Guru menjelaskan pemfaktoran  bentuk penjumlahan suku-suku dengan menggunakan hukum distributif
5.      Guru memberikan pengarahan kepada siswa agar adanya umpan balik kepada guru.
6.      Untuk pendalaman materi siswa diberi latihan soal
·         Penutup :
  1. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman
  2. Guru memberi PR
E.     Alat dan Sumber Belajar           :
1.      Buku paket matematika SMP
2.      LKS Matematika kelas VIII

F.     Penilaian :
Teknik                    :  Tes
Bentuk Instrumen  :  Uraian
Contoh Instrumen  :

Selesaikanlah dengan tepat dan benar!
1.         Faktorkan!
a.       6x2 + 4x      =.............                                       
b.          =.............

                                                                                    
Mengetahui                                                                Bandar Durian, 15 Agustus 2011
Kepala MTs                          Guru Matematika         Mahasiswa Peneliti,




                                                                                   Abdurrahman Pasaribu.




















Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 SIKLUS I
( RPP )

Sekolah                       : MTs Negeri 2 Medan Estate
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas / Semester          : VIII-A (delapan) / 1


Standar Kompetensi   : 1.    Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Kompetensi Dasar      : 1.2  Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
Indikator                     : 1.2.1.Menentukan faktorisasi kuadrat sempurna
Alokasi Waktu            : 2 x 40 menit  (1 pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran :
1.      Siswa dapat menentukan faktorisasi bentuk kuadrat sempurna
2.      Siswa dapat menyelesaikan faktorisasi bentuk kuadrat sempurna

B.     Materi Ajar
      Faktorisasi bentuk aljabar

C.    Metode Pembelajaran
Metode Gal’perin

D.    Langkah-langkah Kegiatan

·         Pendahuluan :
1.      Memerikasa Pekerjaan Rumah
2.      Mengingat kembali materi sebelumnya
·         Kegiatan Inti :
  1. Guru menjelaskan pemfaktoran  bentuk kuadrat sempurna
  2. Siswa mendengarkan dan melakukan umpan balik kepada guru
  3. Untuk pendalaman materi siswa diberi latihan soal
·         Penutup :
1.      Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman
2.      Guru memberi PR

E.     Alat dan Sumber Belajar           :
1.      Buku paket matematika SMP
2.      LKS Matematika kelas VIII
F.     Penilaian :
Teknik                    :  Tes
Bentuk Instrumen  :  Uraian


Contoh Instrumen  :

1.      Faktorkanlah!
a.       x2 + 7x + 12                                      =.............
b.              =.............



Mengetahui                                                                 Bandar Durian, 18 Agustus 2011
Kepala MTs                       Guru Matematika              Mahasiswa,





                                                                                   Abdurrahman Pasaribu.





















Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 SIKLUS I
( RPP )

Sekolah                       : MTs Negeri 2 Medan Estate
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas / Semester          : VIII-A (delapan) / 1


Standar Kompetensi   : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Kompetensi Dasar      : 1.2  Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
Indikator                     : 1.2.1.Menentukan faktorisasi selisih dua kuadrat
Alokasi Waktu            : 2 x 40 menit  (1 pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran :
1.      Siswa dapat menentukan faktorisasi selisih dua kuadrat
2.      Siswa dapat menyelesaikan faktorisasi selisih dua kuadrat

B.     Materi Ajar
      Faktorisasi bentuk aljabar

C.    Metode Pembelajaran
Metode Gal’perin

D.    Langkah-langkah Kegiatan

Pendahuluan :
1.      Memeriksa Pekerjaan Rumah
2.      Mengingat kembali materi sebelumnya
Kegiatan Inti :
  1. Guru menjelaskan pemfaktoran  bentuk kuadrat sempurna
  2. Siswa mendengarkan dan melakukan umpan balik kepada guru
  3. Untuk pendalaman materi siswa diberi latihan soal
Penutup :
1.      Dilakukan tes hasil belajar I siklus I
2.      Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama

E.     Alat dan Sumber Belajar           :
  1. Buku paket matematika SMP
2.      LKS Matematika kelas V
F.     Penilaian :
Teknik                    :  Tes
Bentuk Instrumen  :  Uraian



Mengetahui                                                                Bandar Durian, 19 Agustus 2011
Kepala MTs                        Guru Matematika           Mahasiswa,




                                                                                   Abdurrahman Pasaribu.





























Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 SIKLUS II
( RPP )

Sekolah                       : MTs Negeri 2 Jl. Peratun No 3 Medan
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas / Semester          : VIII-A (delapan) / 1


Standar Kompetensi   : 1.    Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Kompetensi Dasar      : 1.2  Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
Indikator                     : 1.2.1.Menentukan faktorisasi bentuk kuadrat x2 + bx + c
Alokasi Waktu            : 2 x 40 menit  (1 pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran :
1.      Siswa dapat menentukan pemfaktoran bentuk kuadrat x2 + bx + c
2.      Siswa dapat menyelesaikan bentuk kuadrat x2 + bx + c

B.     Materi Ajar
      Faktorisasi bentuk aljabar

C.    Metode Pembelajaran
Metode Gal’perin

D.    Langkah-langkah Kegiatan

·         Pendahuluan :
1.      Mengingat kembali materi sebelumnya
·         Kegiatan Inti :
1.      Guru menjelaskan pemfaktoran  bentuk kuadrat x2 + bx + c
2.      Siswa mendengarkan dan melakukan umpan balik kepada guru
3.      Untuk pendalaman materi siswa diberi latihan soal
·         Penutup :
  1. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat rangkuman
  2. Guru memberi PR

E.     Alat dan Sumber Belajar           :
1.      Buku paket matematika SMP
2.      LKS Matematika kelas VIII

F.     Penilaian :
Teknik                    :  Tes
Bentuk Instrumen  :  Uraian


Contoh Instrumen  :

1.Faktorkanlah!
a.       x2 + 12x + 32   =.............
b.               =.............


Mengetahui                                                                Bandar Durian. 25 Agustus 2011
Kepala MTs                       Guru Matematika            Mahasiswa,




                                                                                   Abdurrahman Pasaribu.























Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 SIKLUS II
( RPP )

Sekolah                       : MTs Negeri 2 Medan Estate
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas / Semester          : VIII-A (delapan) / 1

Standar Kompetensi   : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Kompetensi Dasar      : 1.2  Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
Indikator                     : 1.2.1.Menentukan faktorisasi bentuk  kuadrat ax2 + bx + c dengan a 1, c0
 Alokasi Waktu           : 2 x 40 menit  (1 pertemuan)

A.    Tujuan Pembelajaran :
1.      Siswa dapat menentukan faktorisasi bentuk  kuadrat ax2 + bx + c dengan a 1, a0
2.      Siswa dapat menyelesaikan faktorisasi bentuk  kuadrat ax2 + bx + c dengan a 1, a0

B.     Materi Ajar
      Faktorisasi bentuk aljabar

C.    Metode Pembelajaran
Metode Gal’perin

D.    Langkah-langkah Kegiatan

·         Pendahuluan :
1.      Memeriksa Pekerjaan Rumah
2.      Mengingat kembali materi sebelumnya
·         Kegiatan Inti :
1.      Guru menjelaskan faktorisasi bentuk  kuadrat ax2 + bx + c dengan a 1, a0
2.      Siswa mendengarkan dan melakukan umpan balik kepada guru
3.      Untuk pendalaman materi siswa diberi latihan soal
·         Penutup :
1.      Dilakukan tes hasil belajar II siklus II
2.      Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama


E.     Alat dan Sumber Belajar :
1.      Buku paket matematika SMP
2.      LKS Matematika kelas VIII
F.     Penilaian :
Teknik                    :  Tes
Bentuk Instrumen  :  Uraian




Mengetahui                                                                 Bandar Durian. 26 Agustus 2010
Kepala MTs                        Guru Matematika            Mahasiswa,




                                                                                   Abdurrahman Pasaribu.














Lampiran 6

Soal Tes Awal
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas/Semester          : VIII-A/I
Materi Ajar                : Faktorisasi bentuk aljabar
Waktu                        : 45 Menit

Jawablah soal-soal beikut ini dengan baik dan benar!
     Faktorkanlah bentuk-bentuk di bawah ini !
1.    
2.    
3.    
4.    
5.    












Lampiran 7
Soal Tes Hasil Belajar I
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas/Semester          : VIII-A/I
Materi Ajar                : Faktorisasi bentuk aljabar
Waktu                        : 45 Menit

Jawablah soal-soal beikut ini dengan baik dan benar!
     Faktorkanlah bentuk-bentuk di bawah ini !
1.     
2.      16
3.     
4.      4
5.     
















Lampiran 8
Soal Tes Hasil Belajar II
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas/Semester          : VIII-A/I
Materi Ajar                : Faktorisasi bentuk aljabar
Waktu                        : 45 Menit

Jawablah soal-soal beikut ini dengan baik dan benar!
     Faktorkanlah bentuk-bentuk di bawah ini !
1.     
2.     
3.     
4.     
5.     












[1] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempenngaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm, 3-4.
[2] Ibid, hlm. 97.
[3] A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994),  hlm, 169.
[4] hhtp//www.Google.com.
[5] Nefi Darmayanti, Psikologi Belajar,  (Medan: IAIN SU Medan, 2009), hlm, 1.
[6] A. Tabrani Rusyan, dkk, op.cit., hlm, 8.
[7] Nefi Darmayanti, op.cit., hlm, 2 – 4 .
[8] Ibid, hlm. 11 – 12.
[9]   http://www.ogo-academic.nl.
[10] Irmalia harahap, “Model Pembelajaran Metode Galperin  dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SMP Negeri 17 Medan”, (Medan: IAIN SU Medan, 2007), hlm, 6, t.d.
[11]  Ibid. hlm. 10.
[12] http://www.Amriawan, blogspot.com.
[13] Ibid,
[14] Irmalia harahap, op.cit.,  hlm,.11.
[15] http://www.Amriawan, blogspot.com.
[16] Irmalia harahap, op.cit.,  hlm, 11-12.
[17] QS. Al-Mujadilah, 58:11
[18] Irmalia harahap, op.cit.  hlm. 13
[19] Syaiful Bahri Djamarh dan Aswan Zain, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2006, hlm. 105
[20] Ibid. hlm. 107.
[21] Irmalia harahap, op.cit., hlm, 14.
[22] Ahmad Rohani dan H. Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm,169.
[23] Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), hlm, 5.
[24] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm, 159.
[25] Ibid, hlm. 170.
[26] Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2007), hlm, 119.
[27] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm, 99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar