Cari Blog Ini

Rabu, 16 November 2011

SEJARAH DARAH & SAMPAH di NEGERIKU


Hey Indonesia … bersatu dan tetap terjaga
Jihad bingkai negerikku
Tapaki sejarah panjang dan harapan generasi kami
Generasi yang Selalu Menitipkan Harapan
Harapan Dari Rahmat Cinta Sepanjang Masa
Bagi Tanah Air Ini … Indonesia
Aku Kenang Engkau Bersama Para Mujahid Sudirman Hingga Orasi Lantang di Negeriku
Ku Ingat Selalu Disetiap Cerita Semangat Cut Nyak Djien Hingga Pattimura
Membasuh Begitu Tulus Air Mata Dan Keringat Kartini
Kau Membentang Begitu Besar Jauh Dan Hijau Membasuh Legenda Perang Dan Senapan
Bambu-Bambu Runcing Merubah Air Mata Dan Darah Menjadi Semangat Merdeka Ternyaring
Gaung Ayam Jantan Dari Timur Membelah Darah Dalam Harapan Termakmur
Saat Para Pahlawan Tersungkur Tinggalkan Mimpi Tentang Negeri Yang Makmur
Ihwal Nyata Fenomena Melantur Lintah Darat Demokrasi Menjamur
Begitu Manis Soekarno Hatta Bertutur Melindungi Benturkan Demokrasi Dalam Gamelan Karikatur
Pengekangan Euforia Sandiwara Negeri Praktisi Elit Menikam Bungkam Sejarah
Harapan Yang Sempit Hitam
Diujung Sejarah Dan Harapan Telah Menggumpal Bagai Hakikat Kegelapan
Tersirat Darah Pedang Dan Air Mata
Keringat Berubah Menjadi Sampah
Menggeluti Warna-Warna Hati Yang Berduka
Masih Adakah Lagi Kesetiaan Seperti Dicerita Ramayana
Seperkasa Para Pejuang Diantara Legenda Gatot Kaca
Atau Bengis Otak Kita Lebih Dangkal Dari Sangkuriang
“Tanpa Jiwa Raga Hanyalah Kapas Hancurkan Neraka Hempas”
Ketika Ajal Menjemput Kita Tuk Bergegas
Diatas Air Mata Petuah Dan Wejangan-Wejangan Terhina
Sejarah Darah Dan Sampah
Indonesia … Indonesia …
Mari Kita Kembali Ke 12 September 1984
Bungkam Darah Priok Busuk Membisu Diselangkangan Hukum Keparat
Parodi Stimulator Air Liur Babi LB Moerdani Dan Tri Sutrisno
Tak Semanis Sampah Janji Ketumpulan Komnas Ham
Dan Arwah Baharudin Lopa Dihadapan Mungkar Dan Nakir
Salatlaka Pasti Izroil Kan Datang Menjemput Nyawamu
Detak Jantung Bergerak Cepat Diatas Irisan Merah Paku
Tak Sempat Memilih Konsfirasi Yang Kau Pilih Diatas Nyawa Amir Biki !!!
Dendam Fitnah Menyudutkan Riziq!!!
Memvonis Jaffar Umar Thalib
Pada Intuisi Kemanusiaan Sepihak
Seperti Para Ustadz Yang Terculik !!!
Langkah Picik Kelinci Argumentasi Bukit Jerami Theo Safe’i
Siapa Yang Melempar Bensin Disargumen Pendeta Versus Ulama Di Tong Sampah
Satu Meja Diatas Sampah Demokrasi Dan Kertas Sejarah
Memicu Masalah Kecil Dan Krusial Untuk Sebuah Perang Agama
Indonesia Disatu Dasar Korelasi Reformasi Terparah
Kelas Membual Senja Terpanjang Membangun Hitam Hangus Busuk Dan Terbuang
Kenanglah Batas Perlawanan Darah Para Mujahidin Nusantara
Hingga Arif Rahman Hakim Dan Semanggi Sembilan Puluh Delapan
Cerminan Yang Takkan Terlupakan
Dan Abu Bakar Ba’asyir Yang Terbingkai Fitnah Sebagai Kambing Hitam
Negeri Yang Selalu Kucintai Ini Memfitnah Warna Sejarah Anak Cucu Kita
Sejarah Darah Dan Sampah
Indonesia … Indonesia …
Dari Timur Hingga Ke Barat Hijaulah Indonesiakku
Disetiap Kota Tak Semakmur Rasa Nasionalis Ala Sidomuncul
Disini Hati Kami Terpukul Setiap Beban Yang Terpikul Kebencianpun Terkumpul
Bongkar Nurani Untuk Lebih Mengerti Sekedar Refleksi Ala Republika
Atau Buku-Buku Dominan Disetiap Rak Perpustakaan Negara
Biarlah Waktu Menjadi Guru Hingga Hidayahmu Membaca
Disudut Sakral Penghianatan Nusantara
Memfitnah Agama Diatas Ambisi Tahta
Etika Penghianat Jelata
Monopoli Militer Untuk Ambisi Darah Dan Negara
Merobek Dibalik Neraca Pembenaran
Membuat Respon Penghuni Istana
Persis Dengan Demonstrasi Mahasiswa Dan Transaksi Narkotika
Kesenjangan Yang Harus Kami Telan
Mengunyah Dalam Kengerian Terdalam
Memastikan Setiap Prasasti Para Adipati Tak Bernurani
Bingkai Peninggalan Kambus Dan Mataram
Lebih Kejam Untuk Biadab Mereka Yang Melihat Tapi Diam
Ambon,Poso,Aceh Dan Nostalgia Timur Leste
Indonesia Disini Mimpimu Mengalir Dalam Darah
Menjadi Koleksi Sejarah
Koran Paper Dan Pembantaian Moneter
Situbondo Ketapang Hingga Papua
Batas Langkah Para Penghianat Piagam Madinah
Merekam Batas Wacana Politik
Yang Mencuci Darah Rakyatmu Sendiri

PENCARI JEJAK




Oleh Abdurrahman Pasaribu

Rapatkan Shafmu rapatkan Shafmu rapatkan Shafmu …
Apa yang kau cari dari cerita hidup yang panjang
Dari sudut syair dunia yang pastikan hilang
Adakah estetika yang lebih bijak dari keteladanan
Pengiris lukisan alam yang tak kunjung menyentuh hatimu
Ingatlah itu !
Seperti sebatang kara di padang pasir Robadzah
Di balik sebuah keterbatasan kain kaffan yg sunyi
Pada indah sketsa teduhnya sebuah kesolehan
Begitulah Abu Dzar Al Ghifari menyemai cermin tentang keteguhan
Maka maafkanlah segala kekhilafan muawiyah
Agar sudut pandang tak ciptakan noda ukhuwah
BerIstigfarlah di tiap keping kenikmatan dunia
Semoga hari-harimu penuh dengan kemuliaan ibadah
Bermunajatlah ke sudut cerita abadi tentang keTakwaan
Ada cerita menarik pada bingkai rekonsiliasi di Futu’ Mekkah
Maka pergilah ke bukit Uhud dan kenanglah sejarah itu
Jawaban ketika hawa nafsu berada di atas keImananmu
Maka kemanakah pujangga Zulfikar yang tak pernah gentar
Menjaga jejak kesadaran tanpa paranoia seperti Abu Hanifah
Ramuan hati keEmasan Ibnul Qoyyim Al Jauziah
Kemurnian terompah kaki Bilal di Surga
Terjagalah jejak-jejak kesolehan, terjagalah dalam Nikmat & Ridho Alloh …
Rapatkan Shafmu rapatkan Shafmu rapatkan Shafmu …
Bisakah kita belajar untuk bisa merasa
Bukan hanya sekedar merasa bisa
Dari waktu dan ilmu koleksi tulang imam Syafei
Maka selamilah jejak hidupmu dalam kesabaran
Merintis nurani kepahlawanan dalam esensi kesetiaan
Ksatria-ksatria pewarna sejarah tentang harapan
Penikmat Aqidah dalam kekhusyuan amaliah ibadah
Merapatkan setiap shaf dalam 5 waktu yang khusyu
Tapi tragedi di perang Mu’tah adalah fenomena
Dan Khalid membayar kesabaran itu di perang Yarmuk
Pembuktian dari sang Saifulloh Al Maslul
Generasi awal pewaris sastra kebajikan
Yang membuka mata hati dengan tajam
Merangkai imajinasi ketepatan sebuah perjuangan
Seperti keteguhan pilihan hidup Mush’ab bin Umair
Yang teguhkan bendera Islam di atas lapisan nyawa sang ibu
Seperti wejangan lama keZuhudan Fudhail bin Iyadh
Yang getarkan hati harun Ar Rasyid untuk mengerti
Bagi hutang jejak kita pada sang Robbul Izzati
Atau PR ilmu kita terhadap kesolehan
Maka lihatlah lebih dalam dengan mendengar
Dan mengerti lebih jauh dengan menyimak
Di sudut batas ketekunan dan keteguhan
Karena hidup tak hanya selembar daun telinga
Terjagalah jejak-jejak kesolehan, terjagalah dalam Nikmat & Ridho Alloh …


Selasa, 15 November 2011

Cerita antara Aku & Ayah


Oleh : Abdurrahman Pasaribu
                                              ”Terima Kasih Ayah”

       Tak ada kata yang pantas terucap untukmu ayah!!!.. Mungkin engkau bukan orang terdekat. Mungkin engkau juga bukan yang selalu berada disampingku, saat aku bahagia, kecewa bahkan saat aku bersedih hingga meneteskan air mata...
Saat anak-anak pergi sekolah dengan ayahnya yang juga pergi bekerja, kita tidak pernah melakukanya karena kau yang harus berangkat lebih dulu saat matahari belum menampakan cahayanya.
Saat anak-anak menunggu kepulangan ayahnya untuk bermain bersama, tidak dengan aku yang selalu terlelap saat menunggu kepulanganmu yang begitu larut. Andai dapat ku beli waktu kerjamu kala itu, aku rela membayarnya dengan uang jajanku untuk bisa bermain bersamamu.
Kita mungkin bukan pasangan yang baik. Kau sibuk dengan urusanmu, sedangkan aku bermain dengan semua khayalanku.

Saat aku mulai tumbuh besar, kita mulai punya waktu untuk bersama. Tapi bukan untuk bermain melainkan melakukan pekerjaan yang tidak aku inginkan. Seolah kau menindasku, aku jadi tidak suka denganmu. Aku membenci semua tentangmu. Kau marahi aku jika melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan maumu. Kau buat aku merasa lemah dengan ucapan-ucapan kasarmu. Ingin rasanya kau segera tiada dari duniaku, mengakhiri semua penderitaan dalam kehidupanku.
Pernah sekali aku menyalahkanmu atas apa yang terjadi dalam hidupku. Kusadari kau menangis saat ku terbangun sejenak dari tidur lelapku. Lama setelah itu, kupandangi wajahmu saat tertidur lelap, terbayang kerja keras yang kau lakukan untuk membesarkanku. Terbayang letih yang tersimpan dalam dirimu atas kerja keras yang kau lakukan untuk memenuhi kebutuhanku. Seakan tak tahu apa jadinya diri ini jika tanpa kehadiranmu. Tak ingin rasanya kehilanganmu dari sisiku.

         Kini aku telah dewasa. Tumbuh menjadi seorang pemuda mandiri yang juga tidak dapat melupakan kasih sayang keluarganya. Kau ajarkan aku menjadi seorang yang siap menjalani kerasnya hidup tanpa melupakan kelembutan hati. Kau ajarkan padaku bagaimana menjadi pribadi yang kuat tanpa melupakan setiap orang punya kelemahan. Kau tanamkan padaku mencapai keberhasilan tanpa melupakan kalau setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. Kau buat aku berdiri di jalan yang penuh dengan hambatan dan rintangan agarku dapat menaklukan kerasnya kehidupan. Kau jadikan aku sebagai seorang pemimpin yang sanggup memimpin dirinya sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain. Dan yang jauh lebih penting dari itu semua adalah kau membuat aku merasa bangga atas semua yang telah kau lakukan untukku.
Karena itulah, aku selalu berdoa ”semoga Tuhan selalu memberi yang terbaik untukmu”
Untuk setiap detak yang terjadi dalam nadi dan jantungku, hatiku berkata :
"Terima Kasih Ayah”  ^_*


Sebuah Renungan Kisah Cinta Yang Telah Berlalu


Sebuah Renungan Ceritaku

Oleh : Abdurrahman Pasaribu
Untuk Sebuah Renungan

              Adakah seorang insan yang mengerti, apakah arti kehidupan ini? Sempat aku mencari arti kasih sayang abadi, namun yang kutemui hanyalah ilusi. Sebuah ilusi dari fantasi kosong yang tak bertepi. Apakah salah hati ini? Ingin merasakan CINTA yang suci. Apakah arti sebuah cinta sejati? Apakah itu juga sebuah ilusi? Jika benar, apalah arti semua ini? Sudah banyak hari kujalani. Semua tetap hanyalah ilusi. Ilusi yang tiada miliki arti.
Namun akhirnya satu hal kusadari, hanya Tuhan yang sungguh-sungguh mengerti tentang semua arti kehidupan ini. Kita hambanya hanya mampu mencari, hingga semuanya mampu dimaknai.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengadu, hidup adalah untuk mengolah diri. Membalik pikiran dan hati. Memasuki rahasia dibalik rahasia dalam mengukir luasnya dunia dan dalamnya samudra.
Kita menjalankan kebijakan dari Sang Pemilik kebijakan. Bukannya demi surga atau neraka, tetapi demi harga diri kita sebagai makhluk sempurna.
Sesungguhnya kita bukanlah kotoran yang melekat di dunia pana ini. Kita menangis dan tersenyum, bukanlah karena peran belaka, tetapi karena itulah keindahan dunia.
Pernah kurasakan tangan-tangan cinta sang hawa membelai dan membuaiku sampai ke puncak setinggi Mahameru. Pernah pula kurasakan bunga-bunga indah mekar di taman hatiku. Juga! pernah pula kurasakan jari-jari cinta itu mencabik-cabik setiap serambi jantungku dan mencabut kembali bunga-bunganya di tamanku.
         Andai kutahu cinta ini akan menyakitiku??? Takkan kubiarkan hati ini tak tersadar. dan takkan kubiarkan hasratku terlalu mengumbar. Andai aku mempunyai keteguhan, akan kuikat tarian yang menguatkan panggung hati yang rapuh. Akan kubunuh lagu-lagu cinta yang meneriakkan angan-angan dan takkan kubiarkan rasa ini memetik senar-senar harapan.
Aku mengerti saat langit kehabisan warna, yang ada tinggal hitam pekat. Tiada ruang atau waktu, yang ada tinggal sebuah kekosongan.
Saat terakhir genggaman tangan ini kau lepaskan, kuyakin hatimu mengisakkan tangis yang mencoba sembunyi di balik kedua senyum pipi lesungmu. Kau telah mengakhiri semuanya malam itu. Senyumku adalah refleksi doaku untukmu. Sama halnya kecupan mesraku saat malam-malam sebelumnya. Memang aku tak pernah pasti, tapi yang pasti kita tak perlu terlalu pasti.
Bersama debur ombak yang memecah indah, melangkahlah dengan pasti. Lupakanlah kisah penuh makna diantara kita. Sembunyikan sedihmu di kemilau pasir di pantai; sirnakan isak tangismu di temaram senja; dan! ketika takdir ini telah membawaku jauh, tersenyumlah dengan tulus padanya karena sesungguhnya dia lebih membutuhkanmu. Biarkanlah senja berjalan sendiri tanpa malam.
         Cinta??? Entahlah, apakah kata itu berarti lagi bagiku? Akankah aku akan merasakan kembali keindahannya? Rasanya mustahil sesuatu yang takkan pernah kubiarkan melintas kembali dalam hidupku (cintamu). Walaupun dulu, rangkaian kata-katanya mampu menggapai relung jiwaku dan Luapan kalimatnya mampu membuatku berpaling sejenak menikmati keindahan rasa itu. Cinta! sesuatu yang tak pernah aku bayangkan, mampu mengusik kesunyianku. Hingga saat ini semuanya telah berlalu.
Kini aku kembali lagi. Aku adalah kata-kata dan kata-kata adalah syurgaku. Rangkaian kalimat panjang akan membuai mesra diriku. Menari-narikan mimpi dalam balutan kata-kata dan membingkai rasa dalam bait-baitnya. Aku akan bercinta dengan kata-kata dan akan merangkainya menjadi satu kenangan suka tiada duka, walaupun biduk di langit masih kering tertawa melihatku yang tetap bercumbu dengan khayal.

Mengembalikan Jati Diri Bangsa






Oleh : Abdurrahman Pasaribu

Mengembalikan Jati Diri Bangsa sebuah ajakan yang bersifat nasionalisme yang saat ini kian pudar, khusunya di lingkungan generasi muda. Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia sudah selayaknya kita bangkitkan kembali sejak saat ini,  sejak dini, dan di mulai dari diri kita sendiri meskipun hal tersebut hal kecil.


Masih terasa di sanubari kita semua, semangat kemerdekaan RI 64 tahun silam dengan hadirnya lagu yang mengobarkan jiwa nasionalisme seperti lagunya Netral ” Garuda Didadaku” lagunya Saykoji “Merah Putih” dan juga sebuah film di motori anak bangsa yang menumbuhkan semangat patriotisme yang di muat di BeritaJitu.Com akhir akhir ini dan masih banyak lainya.  Semua itu tidak lain untuk memasukan unsur jiwa memiliki, mencintai atas Tumpah darah indonesia tercinta ini yang kian hari kian terpuruk yang tujuan akhirnya akan tumbuh semangat Mengembalikan Jati Diri Bangsa ini.
Sebagai pengobar semangat dan pemanis tulisan ini, saya kutip potongan lirik lagunya saykoji
Kami tidak takut, garuda di dadaku
semangat empat puluh lima, ada padaku
aku tergugah untuk berani rasanya
bangsaku, INDONESIA NAMANYA!
Merah putih berkibar begitu gagah
cerminan akan bangsa yang perkasa
kuhormati dengan penuh rasa bangga
indonesiaku bersatu sepanjang masa
Memang diakui Mengembalikan Jati Diri Bangsa tidak bisa kita buat dalam satu malam, perlu waktu dan proses panjang. Setidaknya sebagai blogger pemula, saya bisa menulis ajakan untuk mengembalikan citra bangsa dan jati diri bangsa indonesia lewat secarik postingan di blog yang kumel ini, lewat layar lcd yang setiap hari menemaniku.
Contoh sederhana yang patut kita lakukan, adalah bersikap layaknya orang indonesia yang berPancasila di manapun kita berada termasuk apabila kita sedang berada di negara asing. Dengan sikap bangsa indonesia yang ramah tamah saya yakin, orang luar negeri akan memahami bahwa kita punya harga diri yang patut di segani dan dihormati. Begitu juga apa bila kita kedapatan tamu orang asing di indonesia sudah sewajarnya jika kita beretika,jamu mereka sebaik mungkin yang kita bisa. Bisa juga kita berusaha melestarikan budaya leluhur kita, memakai dan bangga atas apa yang kita miliki. Apabila anda seorang ayah maupun ibu mari kita kenalkan anak anak kita warisan budaya seni dan adat istiadat indonesia ke generasi kita agar budaya indonesia tetap terjaga. Saya yakin lambat laun proses mengembalikan jati diri bangsa ini kan terwujud.
Dengan bersikap saling teposeliro dan saling menghormati tetangga dan bangsa sendiri, memakai produk dalam negeri yang bagus dan dengan sebaik baiknya akan mencitrakan semangat kebersamaan dan pada akhirnya bangsa lain akan salut pada kita. Secara pribadi saya sangat menyukai cerita masa lampau saat kakaek dan nenek saya bercerita akan loh jinawinya indonesia di masa lampau, saya kira anda demikian. Harapan saya apapun itu wujudnya, Wahai Putra Bangsa banggalah sebagai bangsa indonesia, di sisni kita hidup, disini kita menghirup udara, disini kita mengukir cita, menggapai asa, disini generasi kita akan kita lahirkan untuk di kenang 100 tahun lagi, di tanah ibu pertiwi, disini di negara Indonesia Jaya.
Kita punya jati diri yang layak kita pertahankan karena kita adalah macan Asia dan kita adalah bagian dari Indonesia Trully Asia. Mari lakukan apa yang bisa kita untuk lakukan untuk Mengembalikan Jati Diri Bangsa sesuai kapasitas kita masing masing. Ayo Bangsa Indonesia, Revolusimu belum selesai! ada tugas Mengembalikan Jati Diri Bangsa.

Mari bersama kita pasti bisa berawal dari yang terkecil dan dari diri sendiri..


Tak ada yang tak mungkin !!!

Salam Satu Jiwa